Sabtu, 26 November 2011

MASJID ALATIEF PASARAYA BLOK M, MASJID INDAH PENGUNJUNG SENANG

Bagian Pertama dari Dua Tulisan
Ke Musala, Mbak,” jawab saya ketika petugas lift di Pasaraya bertanya tujuan saya. Petugas menekan angka lima. Saya balik bertanya saat petugas itu tidak menekan angka dua, karena yang saya tahu musala di Pasaraya ada di lantai dua. “Bukannya musala di lantai dua, Mbak?” Dengan santun petugas itu menjawab, “Iya Pak, sekarang dipindah ke lantai lima.” Saat mau keluar lift, dengan ramah petugas mempersilahkan saya untuk keluar sambil berkata. “Silahkan Bapak, pintu masjidnya ada di sebelah kanan, Bapak masuk saja,” ucapnya.

Saya mengikuti petunjuk petugas lift tersebut. Saat membuka pintu, mata saya langsung tertuju pada tulisan di kaca: “Masjid A Latief” Saya membaca tulisan tersebut sambil bertanya-tanya di dalam hati, “Kok, berubah?” Saat memasukinya, saya kaget. Bukan musala yang saya dapati, tapi sebuah masjid besar.

Melihat ke dalam masjid, terlihat hamparan karpet warna merah Dunhill menutupi lantai. Ruangan tempat salat terlihat luas, tanpa ada tiang-tiang di tengahnya. Memandang dari pintu masjid, kita akan langsung melihat mihrab, tanpa terhalang tiang. Cahaya keemasan menyelimuti masjid tersebut. Tak pelak, ini salah satu masjid terindah di mal Jakarta. Saya jadi ingin tahu lebih jauh soal masjid ini.

Jendela Ilmu, Hijau Jakarta dan Lampu Kristal
“Masjid ini berada di pusat perbelanjaan, dan pengunjung Pasaraya ini adalah kalangan menengah ke atas. Jadi kami ingin mencitrakan masjid ini sebagai masjid yang modern dan elegan, walaupun dengan desain yang minimalis,” ungkap Hidayat Achdi arsitek masjid tersebut.

Memasuki lebih jauh ke dalam masjid, kita akan mendapati bingkai-bingkai berbentuk jendela yang berada di samping kanan dan kiri mihrab. Di dalamnya, terdapat lukisan kaligrafi dalam sebuah frame berupa hiasan dekoratif seperti terdapat dalam mushaf Al Quran. “Masjid ini tidak mempunyai jendela, karenanya kami buat bingkai berbentuk jendela yang di dalamnya kami tuliskan ayat-ayat Al Quran. Kami istilahkan itu jendela ilmu,” lanjut Hidayat.

Jendela Ilmu Samping Kanan - Kiri Mimbar
Keberadaan ‘jendela’ itu memang menambah nilai artistik masjid tersebut. Bingkai dekoratif itu dihiasai tulisan kaligrafi dengan warna emas. Kesan mewah juga tampak dari efek cahaya keemasan yang berasal dari dalam bingkai tersebut. Seirama dengan cahaya keemasan ruangan masjid. Ada sembilan “jendela ilmu” menghiasi bagian depan ruangan salat masjid tersebut.

Warna emas menjadi warna yang dominan dalam dekorasi hiasan-hiasan di masjid tersebut. Selain warna emas, ada tiga warna lain yang digunakan, yaitu merah, biru, dan putih. “Kami sengaja memberikan sentuhan desain dan warna yang minimalis dalam membuat dekorasi masjid ini. Kami lakukan hal itu agar setiap orang yang salat di masjid ini akan terasa lebih khusyu. Lantai kami beri karpet dengan satu warna, tidak ada motif. Walaupun untuk pembatas shaf kami buat border yang menggunakan motif, itu aksen dari karpet tersebut,” lanjutnya.

“Untuk Border ini kami menggunakan motif bergaya arab. Motif Arab itu banyak,” lanjut sang arsitek, ”tapi yang kami pilih motif yang simple. Untuk pemilihan warna kami lebih cenderung menggunakan motif bergaya Turki. Untuk motif atas pun kami pilih yang se-simple mungkin.”

Kubah Masjid Alatief
Eksotisme lain dari masjid A Latif adalah plafonnya. Plafon itu dibuat menyerupai kubah besar, walaupun tidak terlalu tinggi. Plafon berbentuk bulat tersebut menutupi hampir seluruh ruangan salat masjid. Pinggir bulatan “kubah” tersebut dihiasi dengan kaligrafi berwarna emas.

Di tengah kubah tersebut dibuat lingkaran berdiameter 3,5 meter. Di tengah lingkaran itu, ada hiasan tulisan kaligrafi. Tepat di tengah lingkaran itu digantungkan lampu kristal. “Lampu kristal ini menjadi pusat eksotisnya masjid ini,” tegas Hidayat

Memang, saat lampu kristal ini dinyalakan, kilauan cahaya lampu itu memancarkan kemewahan dan menambah keindahan ruangan masjid. “Walaupun masjid ini terlihat mewah, tapi jangan salah sangka, kami tidak menggunakan material yang mahal. Kalaupun ada yang mahal, itu hanya lampu kristal, lainnya kami menggunakan bahan-bahan standar,” lanjut Hidayat

Di samping kiri masjid ini adalah dinding pemisah antara pusat perbelanjaan. Sementara samping kanan adalah dinding yang mengarah ke bagian luar bangunan Pasaraya. Sisi kanan dinding masjid tersebut menggunakan kaca. Pada dinding tersebut dibuat bentuk-bentuk jendela, yang pada bagian atasnya menyerupai bentuk kubah. Hal ini seolah memisahkan antara ruangan yang berfungsi sebagai mal dan ruangan yang berfungsi sebagai masjid. Sehingga orang dari luar gedung Pasaraya yang melihat dinding itu, akan mengetahui bahwa tempat itu adalah masjid.

Karena dinding itu juga menggunakan kaca, dari dalam masjid kita bisa melihat pemandangan di luar. Akan terlihat bangunan-bangunan di sebelah selatan Blok M. Kalau pandangan kita diarahkan ke arah yang lebih jauh, kita akan melihat titik-titik yang masih hijau di Jakarta. Pemandangan ini membuat sejuk mata kita.

Tempat Wudhu
Desain lain yang menarik adalah tempat wudhu. Penempatannya di depan ruang salat, tapi menyamping ke kanan dan ke kiri. Tempat wudhu perempuan ada di samping kiri, sementara untuk tempat wudhu laki-laki ada di samping kanan. Tempat wudhu tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah tempat buang air kecil, kedua tempat mengambil wudhu dan ketiga tempat merapihkan diri. Pada dinding tempat merapihkan diri, ditempel kaca cermin. Lantai tempat wudhu menggunakan kayu. Penempelan kaca cermin dan penggunaan kayu sebagai lantai membuat kesan mewah dan elegan pada fasilitas wudhu ini. Selain itu efek sejuk akan terasa dari lantai kayu tersebut.

Agar Mukena dan Karpet Tak Bau
Lebih dari 2000 masjid ada di Jakarta, tapi hanya sedikit masjid yang memerhatikan pengelolaan kebersihannya. Sering kali kita menjumpai masjid dengan kamar mandi yang bau pesing, karpet yang tidak terawat, dan mukena yang bau apek. Termasuk masjid atau musala yang berada di mal-mal. Apakah juga demikian dengan masjid A Latief?

Untuk urusan kebersihan masjid dan tempat wudhu yang di dalamnya ada toilet, pengelola memperkerjakan empat orang petugas kebersihan. Selain secara rutin mereka membersihkan ruangan masjid dan tempat wudhu, mereka juga mengontrol kebersihan mukena. Setiap hari mereka memeriksanya. Mukena-mukena yang kotor atau bau akan dipisahkan selanjutnya dicuci.

Hal lain yang diperhatikan oleh pengelola adalah tempat orang-orang melepas dan memakai sepatu. Sering kali orang akan kesulitan memakai sepatu dalam keadaan jongkok, karena itu pengelola menyediakan kursi-kursi. Kursi-kursi itu juga bisa dimanfaatkan untuk menunggu teman atau pasangannya yang sudah selesai salat, atau bagi mereka yang tidak salat.***

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Madina

Tulisan terkait:
Masjid Alatief Bagian Kedua dari Dua Tulisan
Mencari Mal Ramah Islam
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru
Masjid Sunda Kelapa Menteng
Dari Haram Jadah, Menjadi Hamparan Sajadah
Masjid Cut Meutiah Menteng

Warsa Tarsono
wtarsono@yahoo.com
0818 995 214
FB: Warsa Tarsono
Twitter: @wtarsono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar